Rabu, 15 April 2015

PEMBUATAN TAKAKURA

Setiap harinya masyarakat selalu menghasilkan sampah rumah tangga. Kurang lebih dalam sehari rata-rata setiap penduduk menghasilkan 2-3 liter sampah. Untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA maka masyarakat perlu melakukan teknik pengolahan sampah sendiri. Metode mengolah sampah organik yang paling tepat adalah dengan memanfaatkannya sebagai kompsoting. Komposting adalah upaya mengolah sampah organik melalui proses pembusukan yang terkontrol atau terkendali. Produk utama komposting adalah kebersihan lingkungan, karena jumlah sampah organik yang dibuang ke TPA menjadi berkurang sedangkan hasil kompos adalah keuntungan lain yang bisa didapat.
Salah satu pembuatan komposter yang sederhana adalah dengan cara membuat takakura. Kompos Takakura adalah kompos yang terbuat dari sampah organik seperti sayuran,buah-buahan, dan daun-daunan (tidak boleh yang mengandung protein seperti : nasi, tulang dan sebagainya).
Perlengkapan yang perlu disiapkan antara lain:
-       Keranjang beserta tutupnya (per kelompok)
-       Kantung jaring untuk sekam (2 per kelompok)
-       Benang dan jarum untuk menjahit bantal sekam
-       Sekam secukupnya
-       Kardus aqua (per kelompok)
-       Tanah kompos secukupnya
-       Kain hitam berpori (per kelompok)
-       Pengaduk (bisa sekop atau semacamnya)

Buatlah susunan takakura seperti di bawah ini.


Cara pembuatan:
1.  Kardus aqua diplester tegak ke empat sisi bawahnya, sedangkan sisi atasnya dipotong sedikit supaya tingginya pas dengan keranjangnya.
2.  Kantung jaring diisi dengan sekam lalu dijahit sisi atasnya supaya sekamnya tidak keluar. Jahit dengan gaya bebas semampunya Anda. Bentuk akhirnya mirip bantal sekam, lebih padat lebih bagus.  Buatlah dua buah.
3. Kardus aqua dimasukkan kedalam keranjang.  Tekan-tekan supaya masuk dan pas sehingga keranjang bisa ditutup.  Masukkan satu buah bantal sekam didasar keranjang. Ini gunanya supaya cairan sampah dan kompos tidak merembes.
4. Siapkan sampah organik yang sudah dicacah kecil-kecil, semakin kecil semakin baik. Masukkan tanah kompos ½ dari volume keranjang dan sampah organik yang sudah dicacah tadi.
5. Tutup dengan satu bantalan sekam secara rapat, tutupi lagi dengan kain hitam berpori dan penutup keranjang.


Fungsi alat dan bahan:
1.    Agar proses aerob berlangsung dengan baik, pilihlah keranjang yang berlubang, dan lapisi dengan kardus. Fungsi kardus adalah: (a) membatasi gangguan serangga, (b) mengatur kelembaban, dan (c) berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang udara & air.
2.    Letakkan bantal sekam di bawah dan di atas keranjang. Fungsi bantal sekam adalah: (a) sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat pembusukan sampah organik, (b) karena berongga besar, maka bantal sekam dapat segera menyerap air dan bau sampah, dan (c) sifat sekam yang kering akan memudahkan pengontrolan kelembaban sampah yang akan menjadi kompos.
3.    Media kompos jadi yang berasal dari sampah rumah tangga diisikan ½ sampai 2/3 bagian keranjang. Kompos yang ada dalam keranjang berfungsi sebagai aktivator/ragi bagi sampah baru.
4.    Pilih kain penutup yang serat atau berpori besar. Tutupkan kain di atas bantal sekam, agar lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang, serta mencegah metamorfosis (perubahan) dari belatung menjadi lalat, karena lalat tidak dapat keluar dan mati di dalam keranjang.
5.    Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator (kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk.

Tips yang perlu diperhatikan selama masa pengomposan
1.    Memberi sampah organik setiap hari
2.    Selalu dikontrol dengan cara mengaduk
3.   Jika dirasa pembusukan lama dan media kompos kurang optimal bisa ditambahkan bekatul sebagai suplemen yang akan membuat mikroba lebih sehat dan giat mengolah kompos.
4.    Letakkan Keranjang Takakura di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung.
Bila kompos kering, perciki air bersih sambil diaduk merata.
5.  Cara Pemanenan: Bila kompos di dalam keranjang takakura telah penuh, ambil 1/3-nya dan dimatangkan selama seminggu di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sisanya bisa kita gunakan kembali sebagai starter untuk pengolahan berikutnya.