A. Difusi Gas
Tekanan Parsial
Dalam tubuh suatu gas akan berdifusi dari
daerah berkonsentrasi tinggi menuju daerah berkonsentrasi rendah. Konsentrasi
masing-masing gas dalam tempat khusus (udara alveolus dan darah pulmonal)
dinyatakan sebagai satu ukuran yang disebut tekanan parsial (P). Tekanan
parsial suatu gas yang diukur dalam mmHg adalah tekanan yang dikeluarkan gas
dalam suatu campuran gas baik campuran dalam bentuk gas ataupun cairan seperti
darah.
Tempat
|
PO2 (mmHg)
|
PCO2 (mmHg)
|
atmosfer
|
160
|
0,2
|
udara alveolar
|
104
|
40
|
darah vena sistemik/arteri pulmonal
|
40
|
45
|
darah vena pulmonal/arteri sistemik
|
100
|
40
|
cairan jaringan
|
40
|
50
|
Karena tekanan parsial mempengaruhi konsentrasi gas akan berdifusi dari
daerah yang mempunyai tekanan parsial tinggi menuju daerah tekanan parsial
lebih rendah. Udara dalam alveolus mempunyai CO2 dan PCO2 yang rendah. Darah dalam kapiler pulmonal yang baru saja beredar dalam
tubuh mempunyai PO2 yang rendah dan PCO2 yang tinggi oleh karena itu pada respirasi eksternal karbon dioksida
berdifusi dari darah menuju udara di alveolus.
Darah yang kembali ke jantung sekarang mempunyai PO2 yang tinggi dan PCO2 yang rendah. Darah kemudian dipompa oleh ventrikel kiri ke sirkulasi sistemik. Darah arteri yang mencapai kapiler sisitemik mempunyai PO2 yang tinggi dan PCO2 yang rendah. Sel-sel tubuh mempunyai PO2 yang rendah dan PCO2 yang tinggi karena sel secara berkesinambungan menggunakan O2 dalam respirasi sel (produksi energi) dan menghasilkan CO2 dalam proses ini. Oleh karena itu, dalam respirasi internal O2 berdifusi dari darah menuju cairan jaringan (sel-sel) dan CO2 berdifusi menuju darah. Darah yang memasuki vena untuk kembali memasuki jantung sekarang mempunyai PO2 yang rendah dan PCO2 yang tinggi dan kemudian dipompakan oleh bilik kanan menuju paru-paru untuk menjalankan respirasi eksternal.
Darah yang kembali ke jantung sekarang mempunyai PO2 yang tinggi dan PCO2 yang rendah. Darah kemudian dipompa oleh ventrikel kiri ke sirkulasi sistemik. Darah arteri yang mencapai kapiler sisitemik mempunyai PO2 yang tinggi dan PCO2 yang rendah. Sel-sel tubuh mempunyai PO2 yang rendah dan PCO2 yang tinggi karena sel secara berkesinambungan menggunakan O2 dalam respirasi sel (produksi energi) dan menghasilkan CO2 dalam proses ini. Oleh karena itu, dalam respirasi internal O2 berdifusi dari darah menuju cairan jaringan (sel-sel) dan CO2 berdifusi menuju darah. Darah yang memasuki vena untuk kembali memasuki jantung sekarang mempunyai PO2 yang rendah dan PCO2 yang tinggi dan kemudian dipompakan oleh bilik kanan menuju paru-paru untuk menjalankan respirasi eksternal.
B. Pertukaran Gas
1. Pengangkutan Oksigen
Jumlah oksigen
(O2) yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal
tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah
maupun jenis bahan makanan yang dimakan.
Dalam keadaan
biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc O2 sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc
tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi
dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi O2 udara inspirasi berkurang atau karena
sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang
terkandung dalam udara pernafasan larut dalam lapisan air yang ada di permukaan
dinding alveolus. Dinding alveolus tersusun atas epitel pipih dengan ketebalan
hanya 10 mm. Selanjutnya, oksigen terlarut itu berdifusi melintasi sel-sel
epitel dan sel-sel endothelium kapiler untuk masuk ke dalam plasma darah. Di
dalam plasma darah, oksigen berdifusi masuk ke sel-sel darah merah (eritrosit)
dan berikatan dengan hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan
menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO2) seperti reaksi berikut :
Hemoglobin
yang terdapat dalam butir darah
merah (eritrosit) ini tersusun oleh senyawa hemin
atau hematin yang mengandung
unsur besi (Fe) dan globin yang
berupa protein. Senyawa hematin bertanggung jawab atas warna merah pada hemoglobin dan
merupakan tempat pengangkutan O2.
Sekitar
97% O2 dalam bentuk senyawa oksihemoglobin dan hanya 2 – 3% O2 yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke
seluruh jaringan tubuh. Dan selanjutnya akan terjadi pelepasan O2 secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, seperti
reaksi berikut :
(oksihemoglobin) berwarna
merah jernih
Satu molekul
hemoglobin mengikat empat molekul O2. Reaksi ke kanan
berlangsung di dalam kapiler darah alveolus paru-paru, sedangkan reaksi ke kiri berlangsung
di dalam jaringan tubuh.
Ikatan
oksihemoglobin dibentuk dalam paru-paru, yang memiliki PO2 tinggi namun ikatan ini relatif tidak
stabil, dan ketika darah melewati jaringan dengan PO2 rendah, ikatan pecah dan oksigen
dilepas ke jaringan. Pada keadaan konsentrasi O2 jaringan rendah, O2 berlebih yang ada di Hemoglobin akan
dilepaskan. Ini berarti bahwa jaringan aktif, seperti otot yang bekerja,
menerima lebih banyak oksigen untuk menjalankan respirasi sel. Karena itu,
hemoglobin sangat berguna untuk membawa O2 dari paru-paru ke jaringan-jaringan
tubuh.
Kecepatan reaksi
pengikatan oksigen oleh Hb sangat dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (PO2), perbedaan kadar O2 dan CO2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Kecepatan difusi O2 dari alveolus ke dalam kapiler dan
difusi CO2 dari kapiler ke dalam alveolus dipengaruhi oleh:
· Tekanan parsial gas yang tergantung pada persentase dalam seluruh bagian udara; semakin tinggi tekanan parsial, semakin cepat proses difusi berlangsung.
· Permeabilitas epithelium membran respirasi; semakin permeable membran, semakin cepat proses difusi.
· Luas permukaan epithelium atau membran respirasi; semakin luas, proses difusi semakin cepat.
· Kecepatan sirkulasi darah di paru-paru; semakin cepat peredaran darah, proses difusi semakin cepat.
· Kecepatan reaksi kimia yang terjadi di dalam darah; semakin cepat reaksinya proses difusi semakin cepat.
· Tekanan parsial gas yang tergantung pada persentase dalam seluruh bagian udara; semakin tinggi tekanan parsial, semakin cepat proses difusi berlangsung.
· Permeabilitas epithelium membran respirasi; semakin permeable membran, semakin cepat proses difusi.
· Luas permukaan epithelium atau membran respirasi; semakin luas, proses difusi semakin cepat.
· Kecepatan sirkulasi darah di paru-paru; semakin cepat peredaran darah, proses difusi semakin cepat.
· Kecepatan reaksi kimia yang terjadi di dalam darah; semakin cepat reaksinya proses difusi semakin cepat.
Tekanan
seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mmHg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mmHg.
Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam kapiler
alveolus paru-paru yang 105 mmHg dan arteri sistemik 100 mmHg. Oleh karena itu
oksigen dapat masuk ke kapiler alveolus secara difusi.
Dari
paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan oksigennya
100 mm; menuju ke serambi kiri. Dari serambi kiri darah beroksigen masuk ke
bilik kiri. Lalu, O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan oksigennya
100 mmHg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan oksigennya 40 mmHg, sehingga O2 berdifusi keluar dari kapiler dan
masuk ke sel-sel tubuh. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan untuk
menghasilkan energi melalui proses pembakaran zat-zat makanan.
Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mmHg
dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mmHg maka hanya
ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian
kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.
Tekanan parsial O2 di lingkungan > alveolus paru-paru > vena pulmolnal dan arteri > jaringan tubuh dan vena. Kadar O2 di vena lebih kecil dari pada di arteri.
1.
Pengangkutan
CO2
Setelah melakukan proses pembakaran zat-zat makanan, maka
akan dihasilkan sisa respirasi berupa karbon dioksida (CO2). Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke
jantung. Tekanan CO2 di jaringan 50 mmHg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya
45 mmHg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan karbon dioksidanya sama
yaitu 45 mmHg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru yang tekanan karbon dioksidanya 40
mmHg, lalu CO2 dilepaskan
ke lingkungan luar yang bertekanan 0,2 mmHg.
Pengangkutan
CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui
tiga cara yakni sebagai berikut:
1. Sekitar 5% dari
seluruh CO2 yang
ditransport larut dalam darah sehingga mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena
terbentuknya asam karbonat (H2CO3). Ketika CO2 memasuki darah, sebagian besar
berdifusi menuju sel darah merah, yang di dalamnya terdapat enzim karbonik
anhidrase yang mengandung seng. Enzim ini mengatalisis reaksi CO2 dan air (H2O)untuk membentuk asam karbonat,
menurut reaksi berikut:
2. Sekitar 30%
dari seluruh CO2 yang ditransport terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino
hemoglobin (HbCO2) dengan reaksi sebagai berikut:
3. Sekitar 65%
dari seluruh CO2 yang ditransport terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3-)
melalui proses berantai pertukaran klorida (Cl-). Ion bikarbonat (HCO3-) berdifusi keluar dari sel darah merah
menuju plasma, meninggalkan ion hidrogen (H+) di dalam sel darah merah. Ion H+ yang banyak akan cenderung membuat
sel darah merah terlalu asam tetapi Hb bertindak sebagai dapar/penyangga untuk
mencegah asidosis. Untuk mempertahankan kesimbangan ionik, ion klorida (Cl-) dari plasma memasuki sel darah
merah, hal ini disebut pertukaran klorida. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ketika darah mencapai paru-paru dengan daerah PCO2 yang lebih rendah, reaksi ini akan
membalik, CO2 akan
kembali dibentuk dan berdifusi menuju alveolus untuk diekshalasi.
Kesimpulan
1.
Gas pernafasan berpindah
dari tekanan tinggi ke takanan rendah secara difusi.
2.
Pengangkutan oksigen
·
Sebagian besar diikat oleh
hemoglobin dalam bentuk HbO2 (oksihemoglobin).
·
2-3% oksigen terlarut dalam
plasma darah.
1.
Pengangkutan karbon
dioksida
· Sekitar 5% dari seluruh CO2 yang
ditransport dalam bentuk asam karbonat (H2CO3) yang larut
dalam plasma darah.
· Sekitar 30% dari seluruh CO2 yang
ditransport dalam bentuk karbominohemoglobin (HbCO2).
· Sekitar 65% dari seluruh CO2 yang
ditransport dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-) dalam
plasma darah.
Sumbernya dmna bung
BalasHapus